“Memanfaatkan Panggung PBB, Prabowo Perkuat Posisi Indonesia sebagai Penyeimbang Global yang Berpihak pada Keadilan”

MetroReportase, 24 September 2025 – Kehadiran Presiden Prabowo Subianto dalam Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ke-79 tidak hanya menandai akhir dari absennya pemimpin Indonesia dari panggung tertinggi diplomasi global selama hampir satu dekade, tetapi juga menjadi sinyal kuat tentang arah politik luar negeri Indonesia di bawah pemerintahannya. Momentum bersejarah ini dinilai sebagai upaya strategis untuk menegaskan kembali posisi Indonesia sebagai middle power yang berpengaruh.

Ketua Fraksi Gerindra DPC Kota Depok, Edi Masturo, menegaskan bahwa langkah Presiden Prabowo ini adalah wujud nyata dari komitmen “politik bebas-aktif” Indonesia yang tidak hanya retorika. “Ini adalah sebuah pernyataan politik bahwa Indonesia kembali secara fisik dan substantif di meja perundingan global. Setelah periode yang cukup panjang dimana suara kita mungkin kurang terdengar, kehadiran langsung Presiden adalah simbol dari niat untuk terlibat aktif, bukan sekadar mengkritik dari jauh,” ujar Edi pada Selasa (24/9).

Analisis politik melihat langkah Prabowo ini dalam konteks persaingan pengaruh antara kekuatan besar dunia. Di tengah ketegangan antara Amerika Serikat dan sekutunya dengan blok China-Rusia, negara-negara middle power seperti Indonesia, India, Brasil, dan Turki memiliki peluang strategis untuk menjadi penyeimbang (balancer) dan penjembatan (bridge builder).

“Forum PBB menjadi ruang penting bagi Indonesia untuk tidak hanya menyuarakan kepentingan nasional, tetapi juga menawarkan gagasan tentang tatanan dunia baru yang lebih adil dan inklusif,” jelas Edi. Gagasan ini mencerminkan kepedulian terhadap ketimpangan struktural yang seringkali dirasakan oleh negara-negara Global Selatan. Dalam pidatonya, Prabowo diharapkan dapat menyuarakan keprihatinan bersama mengenai tantangan global seperti konflik, perubahan iklim, dan ketidaksetaraan ekonomi yang dampaknya paling berat dirasakan oleh negara berkembang.

Isu yang paling dinantikan dan menjadi tolok ukur komitmen Indonesia adalah penyampaian sikap mengenai Palestina. Edi Masturo menyatakan bahwa masyarakat Indonesia, termasuk warga Depok dan generasi muda, memiliki ekspektasi besar agar Presiden Prabowo tidak hanya mengulang komitmen tradisional Indonesia, tetapi juga membawa tekanan diplomasi yang lebih konkret.

“Harapan kami, aspirasi untuk kemerdekaan Palestina disuarakan dengan lebih tegas dan strategis. Kepedulian kita bukan hanya atas dasar solidaritas sesama negara muslim, tetapi lebih pada prinsip kemanusiaan universal dan penolakan terhadap penjajahan dalam bentuk apapun, yang bertentangan dengan amanat konstitusi UUD 1945,” tegasnya.

Edi juga menyoroti perlunya diplomasi yang mampu mengimbangi dukungan Barat, khususnya hak veto Amerika Serikat, yang kerap menghambat resolusi PBB yang adil bagi Palestina. “Kepedulian Indonesia harus diterjemahkan menjadi advokasi yang aktif di berbagai forum multilateral, membangun koalisi dengan negara-negara yang sepaham, dan mendorong mekanisme yang memaksa Israel mematuhi hukum humaniter internasional,” tambahnya.

Secara domestik, pidato yang kuat dan visioner di PBB berpotensi memompa kebanggaan nasional dan memperkuat legitimasi pemerintah di mata publik. Bagi dunia internasional, langkah nyata yang mengikuti pidato tersebut akan meningkatkan kredibilitas dan daya tawar Indonesia.

Edi optimistis bahwa jika konsisten, diplomasi aktif Prabowo akan membuat Indonesia semakin diperhitungkan. “Ini bukan hanya tentang mengangkat martabat bangsa, tetapi juga membuka peluang strategis, mulai dari kerja sama ekonomi, transfer teknologi, hingga peran yang lebih besar dalam menjaga perdamaian regional dan global. Kepedulian kita terhadap keadilan global pada akhirnya akan memperkuat posisi nasional kita,” tutupnya.

Dengan demikian, kehadiran Presiden Prabowo di PBB menjadi ujian pertama yang signifikan untuk mengukur sejauh mana Indonesia akan memainkan peran sentral dalam percaturan politik internasional yang semakin kompleks, sambil tetap mengedepankan kepedulian terhadap isu-isu kemanusiaan dan keadilan.

(Red)